Habitat Komodo: Di Mana Reptil Raksasa Ini Hidup?
Pulau Komodo di Indonesia tidak hanya dikenal karena komodo, tapi juga karena karakteristik kondisi lingkungannya yang keras. Kalau bukan karena kondisi keras itu, masuknya manusia ke sana akan mengancam habitat komodo dan mengubahnya menjadi “hutan beton” sejak lama.
Pada tahun 1927, ketika Rumah Reptil di Kebun Binatang London dibuka, semua mata tertuju pada dua ekor komodo yang dibawa ke sana dari habitat aslinya di timur jauh. Orang-orang Eropa dapat melihat sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya: spesies kadal raksasa yang lebih besar dari rata-rata manusia dewasa.
Keberadaan kadal raksasa ini tidak diketahui sampai orang Eropa bertemu dengan mereka pada tahun 1910. Tetapi berkat banyak penelitian yang dilakukan selama seratus tahun terakhir, hari ini kita menyadari beberapa atribut yang paling menarik dari kehidupan komodo, salah satunya adalah habitatnya yang keras.
Tentang Komodo
Komodo atau biawak Komodo (Varanus komodoensis) adalah spesies terbesar dari 5.600 spesies kadal yang masih hidup di muka bumi. Sebagai anggota keluarga biawak (kadal monitor), komodo dikenal karena ukurannya yang sangat besar; mencapai panjang sekitar 1,8 sampai 3 meter dan berat antara 63 sampai 72 kg pada ukuran penuh.
Berukuran raksasa dengan gigi bergerigi dan cakar tajam, komodo mampu mendominasi habitat alami mereka, memangsa apa pun yang mereka temui, entah itu bangkai, ular, atau sesama kadal.
Di Mana Komodo Ditemukan?
Jika keberadaan komodo baru diketahui dunia pada tahun 1910, itu karena habitatnya yang terbatas. Spesies ini hanya bisa ditemukan di beberapa pulau terpencil di kepulauan Indonesia, seperti di Pulau Komodo, Flores, Gili Motang, Rinca, dan Padar, yang secara geografis merupakan bagian dari Asia. Wilayah persebaran komodo sebelumnya membentang ke seluruh Flores dan beberapa pulau kecil lainnya di sekitarnya, namun mereka tampaknya menghilang dari sana secara tiba-tiba.
Meskipun mendiami beberapa pulau di kepulauan Indonesia, komodo terutama ditemukan di pulau Komodo. Spesies ini dinamai oleh petualang Amerika, W. Douglas Burden, ketika dia memimpin ekspedisi Amerika ke Pulau Komodo pada tahun 1928.
Habitat Komodo
Komodo mendiami pulau-pulau vulkanik kering di Samudera Hindia, tepatnya di Kepulauan Nusa Tenggara. Dengan suhu normal di pulau-pulau ini yang biasanya melebihi 26 °Celsius, wilayah ini dianggap sebagai salah satu tempat paling keras di planet ini.
Pulau-pulau ini menghadapi kelangkaan air yang parah karena hujan di sini hanya terjadi selama sekitar satu bulan atau lebih pada bulan Desember. Wilayah ini hampir kering antara bulan Maret dan November, dan di situlah kemampuan komodo untuk bertahan hidup tanpa air untuk waktu yang lama muncul.
Ketika suhu menjadi tak tertahankan, komodo menggali liang menggunakan cakarnya yang tajam dan berlindung. Saat suhu turun, makhluk berdarah dingin ini terlihat berjemur di bawah sinar matahari di seluruh pulau. Sebagai spesies diurnal, komodo paling sering terlihat aktif di siang hari. Mereka keluar untuk mencari makanan di malam hari, tetapi kasus seperti itu sangat jarang terjadi.
Selain kekurangan air hampir sepanjang tahun, spesies ini juga harus menghadapi letusan gunung berapi yang sering terjadi, suhu yang melonjak, dan perilaku kanibalisme sesama komodo (pada saat kelangkaan pangan). Dan meskipun angin monsun menghantam deretan pulau ini untuk waktu yang sangat singkat, itu juga bisa menyebabkan pulau-pulau tersebut banjir dan menambah kesengsaraan komodo.
Pengaruh Habitat pada Pola Makan dan Perilaku Komodo
Komodo memakan kerbau, rusa, babi hutan, ular, dan hewan kecil lainnya yang ditemukan di habitat aslinya. Meskipun lebih suka berburu rusa dan mamalia kecil, komodo juga dapat melumpuhkan hewan besar, seperti kerbau dewasa, dengan cara berburu dalam kelompok.
Sebagai hewan soliter, komodo hanya terlihat berkelompok saat mereka berburu atau mencari makan. Dan sebagai predator puncak tunggal di wilayah ini, spesies ini jarang mengalami kekurangan makanan. Kalau pun itu benar-benar terjadi, komodo akan memakan bangkai atau memburu sesama komodo.
Selain cakarnya yang tajam dan giginya yang bergerigi, kadal raksasa berbadan kekar ini juga dipersenjatai dengan air liur beracun yang dapat membunuh mangsanya dalam beberapa jam; itu jika hewan mangsa berhasil selamat dari serangan brutal komodo.
Komodo dapat berlari untuk jarak pendek dengan kecepatan hingga 24 km per jam, yang berguna saat berburu di daerah yang kurang lebih merupakan tanah tandus. Selain itu, mereka juga bisa memanjat pohon, menyelam, dan berenang. Faktanya, anak-anak komodo menghabiskan beberapa tahun pertama kehidupan mereka di pohon, menghindari komodo dewasa yang diketahui akan memangsa mereka.
Habitat tandus komodo tidak cocok untuk tempat tinggal manusia dan itulah satu-satunya alasan spesies tersebut mampu bertahan dari serangan manusia hingga saat ini. Tetapi sampai berapa lama komodo bisa menjauh dari radar manusia masih sulit untuk dikatakan.
Perburuan dan hilangnya habitat sudah mulai menunjukkan efeknya pada populasi komodo. Spesies ini telah terdaftar sebagai spesies Rentan dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN. Pemerintah Indonesia kini berupaya keras untuk memastikan komodo terus berkembang di pulau mereka.